Resiko Emboli Terhadap Kehamilan

Resiko Emboli Terhadap Kehamilan. Risiko kehamilan yang lebih sering kita dengar adalah preeklamsia dan diabetes gestasional. Ternyata selain dua itu, masih ada risiko lainnya, yaitu emboli terutama emboli pulmonari. Emboli pulmonari terjadi akibat partikel yang terbentuk di bagian tubuh lain ikut aliran darah ke paru-paru lalu menyumbatnya sehingga membahayakan nyawa.

Tidak hanya udara, air ketuban bahkan bisa menjadi musuh ibu hamil. Air ketuban dapat masuk ke dalam pembuluh darah ibu hamil hingga menciptakan emboli yang menghalangi sirkulasi. Akibatnya terjadi gagal jantung, gagal nafas, hingga pendarahan.  Sama seperti halnya emboli udara, emboli air ketuban memiliki angka prevelensi 1 dalam 8-80 ribu persalinan. Dengan angka sebaran tersebut, emboli sangat jarang terjadi termasuk di Indonesia. Emboli ini bisa muncul selama kehamilan atau sesaat setelah persalinan.

Meski begitu, emboli tidak memberi kesempatan pasien hidup lebih lama. “Peluang hidup korban emboli sangat kecil, tidak sampai 10 persen. Korban yang selamatpun hampir 70 persen mengalami gangguan saraf. Namun sayangnya, emboli bukan gangguan yang bisa diprediksi atau dicegah,” kata ahli kandungan dan kebidanan dari FKUI-RSCM, Yudianto Budi. S, dalam acara Risiko Kejadian Emboli pada Kehamilan dan Persalinan yang diadakan di Jakarta pada Rabu (28/11/2013).

Penyumbat alias embolus yang umum pada perempuan hamil adalah gumpalan darah. Ada tiga faktor yang meningkatkan risiko terjadinya emboli pada perempuan hamil, yaitu:
  • Pembekuan darah yang abnormal, karena adanya perubahan hormonal dan komposisi darah yang memengaruhi pembekuan darah
  • Aliran darah yang tidak lancar akibat berat janin yang menekan pembuluh darah
  • Kerusakan pembuluh darah atau cedera pada pembuluh darah akibat proses melahirkan atau bedah Caesar.

Secara alami, darah kita mengandung zat yang bertugas membekukan darah jika terjadi perdarahan. Beberapa kondisi tertentu, salah satunya kehamilan, bisa membuat perilaku zat ini berubah. Tanpa adanya perdarahan, ia tetap membuat darah mengental terkadang sampai terbentuk gumpalan-gumpalan darah. Biasanya gumpalan (trombosis) terjadi di pembuluh vena besar, misalnya di kaki. Kalau gumpalan itu pecah dan serpihannya terbawa aliran darah, ada kemungkinan sang calon mama akan terkena emboli paru-paru.

Calon mama yang berisiko tinggi terkena emboli adalah :
  1. Yang menderita obesitas
  2. Hamil pada usia lebih dari 35 tahun
  3. Punya riwayat kekentalan darah pada dirinya atau keluarganya.
  4. Pernah mengalami keguguran berulang, apalagi jika keguguran terjadi pada trimester kedua
  5. Pernah mengalami bayinya meninggal saat lahir
  6. Pernah melahirkan bayi-bayi dengan berat badan lahir rendah
  7. Menderita preeklamsia

Emboli paru-paru biasanya bermula dari penggumpalan darah (trombosis) di pembuluh vena dalam di kaki (Deep Vein Thrombosis/DVT). Gejalanya antara lain pembengkakan dan rasa sakit di area yang terjadi penggumpalan darah, kaki juga terasa lelah. Ketika trombosis pecah dan serpihannya ikut mengalir ke paru-paru, gejala-gejala emboli paru akan juga timbul. Tiba-tiba calon mama merasa sesak napas dan detak jantungnya meningkat, kepala terasa ringan (lightheaded), berkeringat dan sakit dada. Karena gejala-gejala tersebut bisa juga gejala dari penyakit lain, diperlukan pemeriksaan yang tepat untuk memastikan dan menanganinya.

Segera setelah bersalin, risiko Mama terkena deep vein thrombosis atau emboli pulmonary meningkat hingga 5 kali. Melahirkan lewat bedah Caesar, risikonya terkena emboli lebih tinggi lagi. Risiko akan menurun setelah masa nifas selesai.

Demikian artikel mengenai salah satu masalah kehamilan yang harus diwaspadai karena hal tersebut akan dapat mengancam keselamatan maupun nyawa. informasikan kepada yang lain, jangan lupa tinggalkan pesan dan masukan.

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »

Paling Dilihat